Monday, August 6, 2012

DILEMA FUNNGSI MESJID JaMAN SEKARANG


Dipetik dari REPUBLIKA.CO.ID,penulis
Ikhwanul Kiram M....
Pertanyaannya, bolehkah tempat ibadah,
terutama masjid, digunakan untuk kegiatan
politik?
Fenomena Rhoma Irama ternyata bukan
hanya terjadi di Indonesia. Di sejumlah
negara Islam (negara berpenduduk
mayoritas Muslim) yang baru saja
mengenyam demokrasi, perdebatan
mengenai fungsi masjid kini sedang ramai.
Yakni, apakah masjid hanya digunakan
untuk shalat, berzikir, tausiah agama, dan
kegiatan ritual lainnya? Ataukah, masjid
bisa juga digunakan untuk menyampaikan
agenda dan kegiatan politik?
Di negara-negara Islam kerajaan seperti di
Teluk (Uni Ermirat Arab, Arab Saudi,
Kesultanan Oman, Kuwait, Bahrain, dan
Oman), fungsi masjid lebih sebagai tempat
ibadah dan kegiatan sosial. Anda jangan
berharap mendengarkan khotbah Jumat
atau ceramah lainnya yang mengupas soal
politik. Apalagi, mengkritik sang penguasa
dan pemerintahannya. Hal-hal seperti itu
adalah tabu. Bila hal ini dilakukan oleh sang
khatib atau sang syekh penceramah,
nasibnya sangat jelas. Ia akan dipecat jadi
imam atau khatib, dan bahkan bisa saja
dikucilkan.
Apalagi, di negara-negara tersebut, imam,
khatib, dan marbot masjid adalah pegawai
kerajaan. Mereka digaji negara. Hal serupa
juga terjadi di sejumlah negara Arab
sebelum dilindas al-tsaurat al-arabiyah atau
revolusi rakyat. Tepatnya di negara-negara
yang diperintah oleh rezim diktator Zainal
Abidin bin Ali (Tunisia), Husni Mubarak
(Mesir), Ali Abdullah Saleh (Yaman),
Muammar Qadafi (Libia), dan Suriah rezim
Bashar Assad.
Pada masa rezim-rezim diktator ini,
kegunaan masjid hanya sebatas tempat
ibadah dan kegiatan sosial. Para khatib pun
boleh dikata hanya seragam sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah.
Ulama-ulama yang mencoba mengkritisi
pemerintah, seperti dari kelompok
Ikhwanul Muslimin, nasibnya jelas: dikejar
dan dijebloskan ke penjara. Namun, kini
semuanya sudah berubah. Revolusi rakyat
bukan hanya berhasil menurunkan para
penguasa rezim diktator. Tapi, juga
mengubah banyak hal dalam kehidupan
masyarakat. Termasuk fungsi masjid.
Masjid tak lagi untuk mendoakan kesehatan
dan panjang umur sang penguasa di akhir
khotbah. Juga bukan hanya untuk
mengajak jamaah bertakwa dan
menjalankan perintah agama dan menjauhi
larangannya. Namun, juga untuk kegiatan
politik. Maka, saksikanlah, misalnya,
kegiatan di Masjid Al-Istiqomah di kawasan
Giza, selatan Kairo, Mesir. Tiap malam,
seperti dilaporkan harian Al Sharq Al Awsat,
masjid itu penuh hingga ke jalan.
Dari pengeras suara sering terdengar keras
kata-kata sekularisme, liberalisme, syariah,
kembali ke Islam, masyarakat sipil, dukung
Presiden Mursi, jangan biarkan rezim
Mubarak kembali lagi, tolak militer …, dan
seterusnya. Orang yang menyaksikan
pertama kali pemandangan seperti itu tentu
akan mengira kalau ribuan orang itu
sedang mendengarkan orasi politik dari
politikus. Bukan. Mereka bukan sedang
mengikuti kegiatan politik. Tapi, mereka
sedang mendengarkan tausiah dari
seorang syekh di sela shalat Isya dan shalat
tarawih.
Pemandangan seperti itu bukan hanya di
Masjid Istiqomah, Giza, tapi juga di masjid-
masjid lain, terutama di kota-kota besar di
Mesir. Hampir semua masjid, khususnya
pada bulan Ramadhan ini, selalu dipenuhi
jamaah hingga halaman masjid. Mereka,
menurut Al Sharq Al Awsat, tampaknya
memang ingin mendengarkan tausiah
politik daripada tausiah agama. Banyak
pihak di Mesir menyambut baik fenomena
ini.
Apalagi, menurut media online Al Ahram,
Presiden Mursi ketika dilantik sudah
bertekad membangun Mesir sebagai
negara sipil yang modern (al daulah al
madaniyah al haditsah). Persoalannya,
masyarakat awam banyak yang tak paham
dengan apa yang dimaksud sang presiden
dan istilah-istilah kenegaraan lainnya. Di
sinilah, ujar Dr Adil Abdullah, ustaz di
sekolah para dai di Kementerian Wakaf
Mesir, perlunya peran masjid. Apalagi, orang
datang ke masjid atas kemauan sendiri dan
tanpa diundang.
Menurutnya, fungsi masjid bukan hanya
untuk beribadah dalam pengertian sempit.
Masjid, katanya, sejak zaman Rasulullah
Muhammad digunakan untuk segala
keperluan. Dari ibadah, sosial, politik,
pendidikan, hingga membicarakan strategi
perang, dan seterusnya. Di Mesir, persoalan
muncul ketika masjid benar-benar menjadi
mimbar politi

No comments: